Senin, 01 Februari 2010

Turunkan Berat Badan, Cegah Knflikasi

Kini kegemukan atau obesitas bukan sekedar lagi masalah tentang estetika. Tapi lebih serius lagi, obesitas menjadi ancaman kesehatan yang bisa menungkatkan risiko morbiditas bahkan moralitas. Apalagi menurut seorang pakar obesitas dunia, George A. Bray, obesitas merupakan suatu penyakit neurochemichal kronis yang kerap kambuh.
Hal tersebut juga di tegaskan oleh pakar endokrin dan penykit metabolik indonesia Prop. DR Dr. Sidartawan Soegondo, SpPD-KEBD pada acara 16tn Annual scientific meeting of the Indonesia Heart Associatoin (ASMIHA). Ke-16 di hotel Ritz Carlton, 3-5 Agustus 2007. Menurut Sidartawan, obesitas kondisi dimana terjadi kelebihan jumlah lemak tubuh atau jaringan adiposa yang terkait massa tubuh. Jumlah lemak tubuh ini mencangkup dua hal, Distribusi lemak di seluruh tubuh dan ukuran jaringan adiposa yang tersimpan.
Lebih lanjut Sidartawan mengatakan, obesitas terkait sebagian masalah kesehatan serius. Obesitas bisa meningkatkan resiko kardiovaskuler dan kematian dini. Jaringan adiposa mengeluarkan sejumlah besar mediator bioaktif yang ternyata tidak hanya mempengaruhi homeostatis berat badan, tetapi tapi juga resistensi insulin. Individu dengan suatu deposisi sentral jaringan adiposa bisa mengalami peningkatan morbiditas dan moralitas kardiovaskuler (strok, PJK, MI)
Dan kematian akibat kardiovaskuler.
“Obesitas merupakan tanda utama dari diabetes mellitus tipe2, perubahan propil lipid, tekanan darah koagulasi, fibrinolisis, dan inflamasi, yang mengarah pada disfungsi endotelial dan aterossklerosis,”ujar Sidartawan lagi.
Fakta tersebut kian menghawatirkan karena populasi dengan kelebihan berat badan di seluruh dunia cenderung terus meningkat. Dinegara maju, seperti di Eropa, dalam kurun waktu 10 tahun prevalensi obesitas meningkat dari 10% jadi 40%. Sementara di negara berkembang, perbaikan status ekonomi turut merubah BMI masyarakat. Di tanah air, prevalensi obesitas juga meningkat dari tahun ke tahun. U ntuk BMI>25; PADA 1982 ada sekitar 7,1% (wanita) dan 4,2% (pria).
;pada tahun 2001 meningkat hingga 51,4%(wanita) dan 43,6%(pria).

Sistem Pengontrol Nafsu Makan
Di otak, ada satu mekanisme yang berlokasi di hipotalamus ini di sebut dengan adipostat, karena kerjanya yang bertindak sebagai termostat dari lemak. Perubahan keseimbangan energi di refleksikan oleh perubahan lemak tubuh, yang nantinya dikirim sebagai sinyal pada tubuhtentang simpanan energi yang ada.
Adipostat merupakian suatu leptin yang di identifikasi pertamakali dari kloning gen ob tikus pada 1945. Leptin yang berupa suatu hormon peptida denga 167 asam amino ini di sekresikan oleh jaringan adiposa.
Kadar leptin dalam darah mencerminkan atau sebanding dengan massa lemak total. Biasanya kadar peptin mengikuti ritme sirkadian plasma jam biologis tubuh, dengan achophase terjadi pada malam hari dan titik rendah terjadi di selama sorehari.
Leptin bertugas memberi kode ke otak tentang simpanan energi untuk mengatur nafsu makan dan metabolisme. Leotin mengikat reseptornya di otak, yakni di arcuate nucleus, kemudian menghambat pelepasan neuropeptida Y (NPY) dan agouti-related(AGRP). Saraf NPY merupakan elemen inti atau penting dalam mengatur nafsu makan. Selain itu peptin juga bekerja meningkatkan aktivitas saraf penghasil hormon merupakan mediator penting untuk rasa kenyang.

Disadur dari : majalah farmacia edisi 7 No.2 september 2007
Diketik ulang oleh : elis anitha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar