Senin, 01 Februari 2010

Waspadai Radang Otak Alias Ensefalitis ( cerebral palsy )

Waspadai Radang Otak
Alias
Ensefalitis
( cerebral palsy )


Penyakit ini tergolong berbahaya karena menyerang jaringan otak.
Besar kemungkinan akan menjurus jadi CP.


Ensefalitis atau radang otak adalah infeksi pada jaringan otak. Sebetulnya diagnosis Ensefalitis di tegakkan hanya melalui pemeriksaan mikroskopis jaringan otak. Tapi pada prakteknya diagnosis di buat berdasarkan pada gejala neurologis, seperti kejang demam dan penurunan dan kesadaran.



Menyerang Jaringan Otak

Penyebab ensefalitis dapat karena berbagai macam mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur, cacing, protozoa, dan sebagainya. Yang terpenting dan tersering adalah virus.
Berbagai jenis virus dapat menyebabkan ensefaitis dengan gejala klinis sama. Anak yang terkena infeksi lain, seperti cacar, gondongan, campak atau TBC kemungkinan akan terkena ensefalitis.
Setelah masuk ke tubuh, virus atau kiman akan berkembang biak dan menyebar ke seliruh tubuh. Jika akhirnya virus akan menyerang jaringan otak, akan terjadi kerusakan otak. Sementara sel-sel saraf termasuk sel otak sangat sulit berregenerasi. Akibatnya,daya kemampuan otakpun berkurang.
Nah, karena merusak jaringan otak, tingkat keparahan penyakit tergantung pada bagian otak mana yang terkena. Ensefalitis termasuk penyalit gawat dwn mengena susunan saraf pusat., hingga aknga kematuannya cukup tinggi. Kalupun sembu, angka kesasatannya juga cukup tinggi.
Angka kematian penderita ensefalitis 30 – 50 persen. Sisanya bias selamat. Namun dari yang selamat, 20 sampai 40 persen di antaranya mengalami kecacatan. Cacatnya bias macam-macam. Dari gangguan pendengaran, pengelihatan, kelumpuhan, anak kurang cerdas, ganguan emosi, gangguan tingkah laku, dan sebagainya. Semua ini sangat tergantung pada bagian yang mengalami kerusakan. Jika bagian pusat pendengarannya yang terkena, missal, kemungkinan akan mengalami gangguan pendengaran. Seberapa besar parahnya, tergantung pada kerusakannya.


Tiga Gejala Umum

Ensefalitis paling sering menyerang anak usia 2 bulan sampai 2 tahun kendati tetap dapat mengenai anak yang lebih besar, semisal diatas usia balita. Gejala yang paling umum ada 3 (trias) yaitu infeksi, baik akut maupun sub akut, kejang-kejang dan kesadaran menurun.
Tak ada waktu tertentu kapan anak akan mengalami gejala trias tadi. Pada beberapa kasus, mungkin mula-mala hanya mengalami gangguan ringan tapi lalu mengalami koma. Pada anak lain mungkin diawali demam tinggi, kejang-kejang hebat diselinggi gerakan-gerakan aneh, tapi ada yang baru pada hari kedua mengalami panas tinggi.
Umunya gejala-gejala awal menyerupai penyakit sistemis akut yang sukar di bedakan.selain panas tinggi, biasanya anak cenderung rewel, tak mau menyusu atau makan, kadang dibarengi mual dan muntah,. Pada anak yang lebih besar, kadang timbul sakit kepala.
Yang sulit diketahui, saat masuknya virus ke jaringan otak. Sesungguhnya, begitu masuk kedalam tubuh, virus akan bertempur dulu dengan tubuh. Kalau tubuh kalah, virus akan berkembang biak dengan cepat, termasuk menembus jaringan otak. Tak sampai satu hari bias timbul panas tinggi dan kejang-kejang, lalu dalam beberapa jam bias terjadi penurunan kesadaran.
Sebaiknya orang tua selalu waspada jika putra-ptrinya mengalami panas tinggi. Apalagi bila gejala trias tadi mincul. Jangan ambil resiko, segera bawa anak kerumah sakituntuk dirawat,bahkan dirawat di ICU. Tapi, ingat, tindakan tersebut tak berarti bias mencegah serangan penyakt ensefalitis yang berlangsung cepat, tentu akan memudahkan hingga bisa meminimalkan keparahan yang akan terjadi


Rangkaian Pemeriksaan

Selama dirawat, baik saat di ICU atau rawat inap biasa, anak akan menjalani berbagai pemeriksaan dengan lulbal pungsi ( mengambil cairan cairan dari sumsum tulang belakang). Juga pemeriksaan darah untuk dibiakan (dikultur) dengan tujuan mencari penyebab penyakit. Sayangnya, virus di dalam darah tersebut cepat hilang, hingga hingga sulit mendapatkan virus atau kumannya. Padahal, dengan mengetahui penyebabnya akan sangat memudahkan penanganan selanjutnya.
Celakanya lagi virus sulit di identifikasi. Bahkan lebih dari 50 persen kasus ensefalitis tak diketahui penyebabnya. Karena itu, secara umum, pengobatan ensefalitis dilakukan secara sistematik. Kecuali pada ensefalitis yang diduga disebabkan oleh virus Herpes Simpleks
Anak pun akan mengalami pemeriksaan dengan elektroensefalografi (EEG) untuk mengetahui ada tidaknya gangguan fungsi neuron. Biasanya perlu juga dilakukan CT-Scan untuk mengetahui kerusakan otak. Bahkan pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut akan terus dilakukan tergantung gangguan yang kemudian dilakukan. Missal, hasil CT-Scan menunjukan ganggua pada pusat pendengaran. Nah, untuk mengetahui seberapa jauh gangguannya, dilakukan dengan pemeriksaan Brain Evoked Response Audiometri ( BERA ).

Diketik ulang oleh : Artha RD
NIM : 4004090011
D3 Kebidanan IC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar